Senin, 05 April 2010

ANAS BIN MALIK

Madinah gelisah. Semua orang menatap penuh harap kearah makkah. Seperti menunggu sesuatu dan berharap segera datang dan muncul. Ada rasa cemas dipancaran mata setiap mereka. Ada rasa yang hendak membuncah. Rasa yang tak dapat diterka. Berbahagia atau sebaliknya.
Sesaat kemudian. Tiba-tiba semua orang melompat kegirangan,tua, muda dan anak anak. Semua bergembira. Ditengah mereka seorang ibu bergegas membawa putra ingusannya menuju kerumunan orang banyak. Semua berlomba dan berlari agar mendapat tempat dimana mereka dapat melihat sosok itu sepuas-puasnya. Tak terkecuali ibu dan anaknya tadi. Ikut berhimpitan dengan yang lain agar mendapat tempat didepan.
Beliaulah Ummu Sulaim bersama putra ingusannya Anas Bin Malik. Dan sosok yang dikerumuni adalah Rasulullah yang mulia. Kedatangan Rasulullah saw kemadinah. Itulah yang membuat seluruh madinah melompat keirangan dan itu pulalah yang membuat mereka harap-harap cemas.
Semua orang lantas berlomba memberikan hadiah terbaik mereka untuk Rasulullah yang mulia. Ummu Sulaim yang hidup miskin ditinggal suaminya sewaktu Anas masih kecil ingin sekali memberikan hadiah buat Rasulullah tercinta. Lantas beliau mendatangi kediaman rasulullah saw dengan membawa putra satu-satunya. "wahai rsulullah ,,,Tidak ada di madinah ini baik laki-laki maupun perempuan kecuali mereka memberimu hadiah, dan saya sungguh tidak memiliki apa yang akan saya hadiahkan untukmu kecuali putra kecilku ini, bawalah ia agar bisa mengkhidmah engkau" ucap Ummu sulaim berlinang bahagia. Rasulullah saw tersenyum bahagia dan mengusap kepala Anas kecil dan memeluknya.
Semenjak itu Anas kecil senantiasa bersama Rasulullah saw kapan dan dimanapun. Dan beliau hidup bersama Rasulullah saw selama sepuluh tahun,

Di dalam rumah tangga Rasulullah inilah, Anas bin Malik langsung merasakan betapa kemuliaan akhlak Rasulullah, kelembutan dan kesabaran beliau. Diantaranya adalah sebagaimana yang beliau ceritakan sendiri: "Rasulullah adalah manusia yang paling baik akhlaknya, paling santun dan paling penyayang. Suatu hari beliau mengutusku dan sayapun pergi ke luar. Lalu saya melewati kawanan anak yang bermain di pasar, sehingga saya ikut bermain bersama mereka dan tidak melaksanakan perintah beliau. Ketika saya sedang asyik bermain bersama mereka, tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di belakangku dan memegang pakaianku. Akupun menoleh, dan ternyata adalah Rasulullah sedang tersenyum sembari bersabda, "Hai, Anas kecil, apakah engkau telah pergi melaksanakan perintahku?" Saya langsung berkata, "Baik Rasulullah, sekarang saya mau pergi." Demi Allah, saya telah berkhidmat kepada beliau selama sepuluh tahun, dan beliau belum pernah sekalipun memukulku, belum pernah mencelaku, dan belum pernah bermuka masam kepadaku."

Selain kemuliaan bisa hidup serumah dengan manusia termulia, Anas bin Malik juga mendapat barakah do'a Rasulullah. Suatu ketika beliau masuk ke rumah Ummu Sulaim. Maka Ummu Sulaim membawakan korma dan minyak samin kepada beliau. Beliau bersabda, "Kembalikanlah korma dan minyak samin kalian ke tempatnya, sesungguhnya saya sedang shaum." Kemudian beliau berdiri di pojok rumah, lalu melakukan shalat bersama kami, namun bukan shalat wajib, kemudian beliau mendo'akan kebaikan bagi Ummu Sulaim dan keluarganya. Ummu Sulaim pun berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memiliki orang khusus yang saya sayangi." Beliau bersabda, "Siapa dia?" Ummu Sulaim berkata, "Pembantumu, si Anas." Maka beliaupun mendo'akan kebaikan akhirat dan dunia bagiku. Kemudian beliau berdo'a, "Ya Allah berilah ia rezeki harta dan anak-anak, dan berkahilah ia padanya." Do'a Nabi ini di kemudian hari terbukti dalam kenyataan. Anas bin Malik kemudian menjadi orang terkaya dari kalangan Anshar, memiliki keturunan tidak kurang dari seratus orang, dan menjadi Shahabat yang terakhir meninggal dunia karena diberi usia seratus tahun lebih.

Sebagai orang yang terbina dalam rumah kenabian, maka tidak heran jika ibadah beliau sangat mirip dengan apa yang dilakukan tuan sekaligus gurunya. Hal ini sebagaimana disaksikan Abu Hurairah yang berkata, "Saya tidak melihat seorangpun yang shalatnya paling mirip dengan shalat Rasulullah melebihi Ibnu Ummu Sulaim ini."

Selain sebagai seorang ahli ibadah, sebagaimana Shahabat lainnya, Anas bin Malik juga aktif dalam jihad menegakkan agama Allah. Di antaranya adalah saat terjadinya perang Yamamah, jihad menumpas Nabi palsu, yang hampir saja jiwanya terenggut saat beliau terkena kait dari besi panas yang dilempar dari benteng musuh. Namun atas ijin Allah beliau berhasil diselamatkan oleh saudaranya sendiri Baro' bin Malik.

Kekuatan ibadah, kesungguhan menegakkan agama Allah, tak jarang berbuah karomah. Demikian pula yang dialami Anas bin Malik. Suatu ketika penjaga kebun Anas bin Malik mengadu kepadanya bahwa tanahnya mengalami kekeringan. Maka beliaupun keluar ke tanah lapang, melakukan shalat sunnah dan menengadahkan tangan berdo'a kepada Allah. Tak berapa lama kemudian, datanglah awan berarak-arakan. Kemudian turunlah hujan dengan derasnya. Sebagian keluarganya lalu mengecek hujan tersebut. Ternyata hujan tersebut hanya turun di sekitar tanah Anas bin Malik.

Selain telah berkhidmat untuk Rasulullah, beliau juga telah berkhidmat untuk Islam dan kaum muslimin. Tercatat dari beliau terhimpun 1286 hadits Rasulullah. Diantaranya yang sangat berkesan pada jiwa beliau adalah sebagaimana diriwayatkan imam Ahmad, bahwa ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah dan bertanya, "Kapankah terjadinya kiamat?" Beliau bersabda, "Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya?" Orang itu menjawab, "Tidak ada, kecuali saya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Beliau menjawab, "Sesungguhnya engkau akan bersama orang yang kamu cintai." Mengomentari sabda beliau, Anas bin Malik berkata, "Kami tidak pernah merasakan kegembiraan yang luar biasa selain dari nikmat Islam melebihi kegembiraan kami dengan sabda beliau ini: Sesungguhnya engkau akan bersama orang yang kamu cintai." Anas melanjutkan pembicaraannya, "Saya mencintai Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar. Dan saya berharap akan bersama-sama mereka karena kecintaanku kepada mereka, meskipun saya tidak bisa beramal sebagaimana amal mereka."

Setelah seratus tahun lebih Shahabat mulia ini meramaikan dunia dengan ketaatan kepada Allah, beliaupun tertimpa sakit. Ketika menjelang ajal, kalimat syahadat tak henti-hentinya keluar dari mulut beliau yang mulia. Kemudian para malaikat suci menyambut ruh beliau yang mulia menuju keharibaan-Nya.

Wahai khadimur Rasul... sepuluh tahun engkau torehkan lembaran hidupmu bersama Nabi tercinta... kami mencintaimu karena-Nya. Semoga Allah mempertemukan kita di jannah-Nya. Amien.


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More